17 Tahun Penantian

Hari ini walaupun tidak terrencana, Smipa kedatangan pak Kustanto, rekan Kepala Sekolah Dasar Negeri yang menjabat sebagai Ketua MKKS (Musyawarah Kerja Kepala Sekolah) di kecamatan Sukajadi di mana Semi Palar tergabung. Memang mendadak – tapi ini satu kunjungan yang menggembirakan.
Saya sendiri belum pernah berjumpa pak Kus – yang di grup dipanggil Pakde Kus. Tapi dari interaksi di grup WA, beliau saya tangkap sebagai seorang yang cara berpikirnya agak berbeda. Entah bagaimana menjelaskannya. Tapi tepat dugaan saya. Turun dari ruang kelas 9 untuk mempersiapkan Sosialisasi Pindah Jenjang, saya menuju ke kantor dan pak Kus sudah hadir di sana. Saya segera menyapa dan menjabat tangan beliau. Saya bilang “Terima kasih banyak pak Kus sudah mampir ke sekolah kami!”. Lalu kamipun segera berbincang.
Betul dugaan saya pak Kus seorang yang sangat terbuka, juga sepertinya sangat perseptif – karena sebelum berkunjung ke Semi Palar beliau sudah bisa menduga bahwa Semi Palar adalah sekolah yang cukup berbeda. Jadi perasaan kita sebetulnya sama. Tidak lama kami berbincang – saya menjawab pertanyaan-pertanyaan beliau, komentar beliau singkat, “Wah pak Andy, kalau begitu di Semi Palar sudah berjalan ya Kurikulum Merdeka.” Beliau mengucapkannya dengan nada apresiatif. Lalu dia melanjutkan, “Tapi saya merasakan pak – begitu masuk halaman sekolah, suasana Semi Palar memang berbeda.” Sayang kunjungan beliau tidak lama – karena beliau hanya sebetulnya hanya mampir sebentar.
Tapi sesuai judul di atas, suasana seperti ini hadir setelah proses yang sekian lama – sejak Semi Palar berdiri. Penantian 17 tahun, sekarang rekan-rekan dari Dinas Pendidikan dan sekolah lain bisa mempersepsi perbedaan yang dimiliki Semi Palar sebagai sesuatu yang positif. Dulu Semi Palar dianggap sekolah yang mbeling (Bahasa Jawa : badung). Saya sampaikan itu kepada pak Kus, tapi beliau tersenyum lebar dan bilang, “Jangan khawatir pa Andy, saya itu Kepala Sekolah Negeri yang paling Mbeling.” Nah nyambung kan… Dulu Semi Palar dianggap menyimpang, karena pengelolaan kurikulumnya dianggap berbeda, tapi sekarang apa yang dijalankan sudah selaras dengan Kurikulum Merdeka. Rekan-rekan di Dinas Pendidikan sudah melihat bahwa Semi Palar sudah terlebih dahulu menjalankan Kurikulum Merdeka. Sebetulnya di Semi Palar sedari awal tidak ada yang berubah, dalam penerapannya tentu ada perubahan di sana-sini, tapi secara fundamental tidak ada yang diubah. Ini hal yang paling membahagiakan buat kami di Semi Palar.
Menutup tulisan ini, mas Menteri sudah menggariskan kurikulum yang menurut saya paling progresif. Bukan hanya progresif, juga paling sesuai dengan keunikan kondisi Indonesia berhadapan dengan masa depan peradaban dunia. Kalau ini dipertahankan, saya yakin Indonesia akan maju. Semoga.
Photo by ROCKETMANN TEAM: https://www.pexels.com/photo/a-person-doing-the-okay-hand-gesture-9486676/
Repost dari Atomic Essay Smipa di Ririungan : AES375 17 Tahun Penantian